BLITAR - Siang pertengahan bulan Juni 2012 yang panas. Dengan langkah setengah berlari, lebih dari sepuluh anak dengan pakaian kaos seragam yang sama, tampak  antusias  menuju ruang belakang Istana Gebang atau rumah peninggalan keluarga Bung Karno di Jalan Sultan Agung Kelurahan/Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.
Â
Tawa riang meningkahi derap langkah tergesa membuat suasana ruangan terdengar lebih meriah. Anak-anak yang masih duduk setingkat sekolah dasar ini berhenti di sebuah sumur yang berjarak sekitar dua meter dengan ruang dapur. Sejumlah anak yang kalah gesit memilih berdiri bergerombol agak menjauh dari sana. Selain menghindari cipratan air yang terpancar cukup keras dari kran air yang terbuka lebar, para bocah itu sepertinya tengah asyik menyimak petunjuk pamandu Istana Gebang yang tampak serius memberi penjelasan.
Â
“Inilah sumur peninggalan keluarga Bung Karno, “tutur Neti, salah satu pemandu tempat wisata sejarah Istana Gebang  menjelaskan.
Â
Sumur yang dimaksud Neti adalah sebuah sumur tua. Tinggi dindingnya kurang lebih sepinggang orang dewasa. Sedangkan diameternya tidak lebih dari satu setengah meter. Pada bagian atas atau bibir sumur tergelar anyaman bambu dengan lebar memenuhi separuh lebih memenuhi bibir sumur. Tabir bambu memang sengaja ditempatkan di sana. Gunanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya benda-benda pribadi yang bisa saja jatuh ke dalam sumur atau anak-anak yang kelewat penasaran ingin melihat air sumur lebih dekat. Sebab mata air tersebut memiliki kedalaman sekitar lima meter.
Â
“Dari air sumur inilah Bung Karno dan seluruh keluarganya menggunakan untuk  mandi, minum dan keperluan memasak serta  mencuci, “terang Neti. Â
Â
Tidak diketahui pasti kapan Istana Gebang dibangun. Sejumlah sumber sejarah menyebut tahun 1860. Namun, ada sumber lain yang mengatakan tahun 1914. Disebutkan bahwa rumah bergaya arsitek Belanda tersebut, yakni bangunan tinggi dengan kusen dan pintu yang besar serta tanah yang lebar hingga 2 hektar itu, dulunya milik seorang meneer Belanda.
Â
Mendiang Poegoh Wardojo, seorang pengusaha kaya raya jaman itu, membelinya untuk istrinya, Soekarmini yang tak lain kakak kandung Bung Karno. Tidak hanya Wardojo-Soekarmini dan anak-anaknya. Soekarno muda yang berada di sana. Begitu juga kedua orang tua Bung Karno, yakni R Soekeni Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai  juga menempati salah satu dari sekian kamar yang ada.
Â
Sumur tua itu sendiri, kata Neti, dibangun sekitar tahun 1914. Sebagaimana sumur di dalam masyarakat jawa pada umumnya, untuk mengambil air, terang Neti, dulunya dilakukan dengan cara menceburkan timba ke dalamnya. Kemudian dengan sebuah tali yang melingkar pada lingkaran logam yang tergantung pada tiang di atasnya, timba yang terisi air dikerek ke atas permukaan.
Â
Jejak kerekan dan tiang tumpuan diatasnya tersebut hingga kini  masih ada.
Â
“Seiring perkembangan jaman, cara mengambil air itu (kerekan) sempat diganti dengan cara memasang pompa hidrolis merek dragon di dekat sumur, “paparnya.
Â
Sumber mata air sumur tua Istana Gebang itu  tidak pernah kering. Meskipun musim kemarau panjang terjadi, menurut Neti, sumur tetap mengalirkan airnya yang bening. Sejak Bung Karno masih ada hingga seluruh penghuni tergantikan cucu Soekarmini, para pembantu yang bekerja Istana Gebang selalu menggunakanya sebagai air minum. Mereka tidak pernah mendidihkannya terlebih dahulu.
Â
“Semua yang di sini langsung meminumnya mentah-mentah. Saya sendiri juga begitu, “terangnya.
Â
Begitu juga dengan pemandangan siang itu. Anak-anak sekolah dasar yang tengah berdarmawisata di Istana Gebang juga melakukanya. Hanya  pengambilan air sumur tua Istana Gebang itu  tidak lagi menggunakan pompa hidrolis atau timba kerekan. Tapi cukup membuka kran air yang terpasang di sana. Sebab tenaga pompa listrik telah menyedotnya dan mengalirkan ke pipa-pipa kran. Dari gelas-gelas yang sengaja di sediakan di sana, bocah-bocah kecil itu meneguknya langsung. Beberapa anak terlihat ragu-ragu, tapi pada akhirnya tetap melakukan apa yang dilakukan temanya lebih dulu.  Begitu juga dengan beberapa wisatawan dewasa yang datang ke sana juga melakukan hal serupa.
Â
“Sejumlah orang mempercayai, terutama para wisatawan yang datang bahwa  air sumur ini bisa membawa khasiat. Dan yang pasti kami tidak pernah terkena influensa meskipun meminum air ini, “jelas Neti yang bekerja di Istana Gebang sejak 7 Januari 2012 lalu.
Â
Seseorang yang sebelumnya mudah sakit mengaku lebih sehat setelah mengkonsumsi air sumur tua Bung Karno. Begitu juga yang sebelumnya mudah merasa pegal linu pada persendianya, juga sirna setelah merasakan air sumur tua ini. Banyaknya orang yang mengambil air sumur tua itu mendorong pengelola Istana Gebang mewadahi air ke dalam kantong plastik berukuran satu kilogram.
Â
Setiap hari, tersedia sebanyak 50-100 kantong air. Dalam hari yang sama pula, seluruh air tersebut ludes. Tidak jauh dari plastik-plastik berisi air tersebut ada sebuah kaleng biskuit ukuran sedang. Di dalamnya berisi uang pecahan recehan serta beberapa uang logam. Diperkirakan total jumlahnya tidak lebih dari Rp20.000.
Â
“Ini adalah sukarela bagi wisatawan yang mengambil air. Namun pada prinsipnya kita tidak pernah meminta. Karena air sumur tua ini memang disediakan secara gratis untuk semua,“ ujar Neti.
Â
Santi, salah seorang wisatawan dari Kabupaten Tulungagung mengaku selalu mengambil air sumur tua setiap berkunjung ke Istana Gebang. Selain untuk dirinya sendiri, air tersebut juga diberikan kepada kerabat dan teman-teman dekatnya.
Â
“Penyakit pegel linu saya sepertinya berkurang banyak setelah mengkonsumsi air ini. Tapi saya tidak tahu apakah ini sugesti saja atau memang demikian adanya,“ tuturnya.  Â
Â
Kunjungan Terus Meningkat
Â
Kunjungan wisatawan ke Istana Gebang terus meningkat. Diperkirakan puncak kunjungan akan terjadi pada malam peringatan Haul Bung Karno yang digelar pada 20 Juni 2012 mendatang. Berdasarkan catatan buku kunjungan, mulai tanggal 1 Juni hingga 13 Juni sudah sebanyak 5.433 wisatawan datang ke Istana Gebang.
Â
“Jumlah pengunjung ini dari hari ke hari akan terus bertambah. Wisatawan ini datang ke Istana Gebang setelah sebelumnya berziarah ke Makam Bung Karno, “ujar Islan Gatut Imbata, mantan anggota DPRD Jawa Timur yang juga pengelola pertama Istana Gebang.
Â
Selain lukisan Bung Karno berukuran akbar, nuansa warna Istana Gebang juga berubah. Kusen, pintu, jendela dan tiang penyangga bangunan yang sebelumnya berwarna hijau tua, kini telah berubah menjadi warna abu-abu. Menurut Islan, perubahan warna abu-abu itu mengacu pada warna asli Istana Gebang.
Â
“Kita kembalikan ke warna aslinya (abu-abu) setelah pada tahun 2010 ahli waris merubahnya menjadi hijau tua,“ terangnya. Â
Â
Pemkot Blitar mengambil alih kepemilikan Istana Gebang setelah 13 ahli waris menjualnya dengan nilai Rp35 miliar. Pemkot berencana mengubah Istana Gebang menjadi Museum Soekarno. Sejak tanggal 7 Januari 2012, Pemkot Blitar menempatkan sejumlah tenaga outsourching yang bertugas mengelola Istana Gebang.
Â
Informasi yang dihimpun SINDO, sebanyak 20 orang yang bekerja di sana, dengan 14 orang di antaranya sebagai tenaga kebersihan sekaligus merangkap pemandu wisatawan. Selebihnya adalah Banpol yang bertugas sebagai tenaga keamanan.
Â
Perubahan kepemilikan ini juga mengubah pemandangan di Istana Gebang. Dua kamar yang berada di ruangan  paling depan kini dibuka untuk umum. Begitu juga dengan satu ruangan kamar yang ada di depanya.
Â
Sebelumnya, kamar orangtua Bung Karno, serta satu kamar yang pernah ditempati Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri itu sebagai wilayah sakral yang tidak boleh dimasuki pengunjung Istana Gebang. Pintu ruang makan yang berada satu deret dengan dapur juga terbuka lebar-lebar.
Â
Termasuk juga sebuah kamar mandi kecil bergaya arsitek Belanda yang ada di belakang dapur, Â juga menjadi salah satu tempat yang boleh dikunjungi wisatawan.
Â
Di kamar mandi yang berbentuk lorong itu Bung Karno biasanya membersihkan diri. Kemudian setelah itu, Putra Sang Fajar leyeh-leyeh di atas kursi panjang yang menyerupai bale dari bambu.
Â
“Yang pasti pada saat menjadi museum nanti, tidak ada konstruksi bangunan yang diubah. Semuanya akan tetap dipertahankan sesuai orisinilitasnya,“ ujar Islan.
(Solichan Arif/Koran SI/abe)
Sindikasi news.okezone.com
Berburu Khasiat Air Sumur Tua Bung Karno