JAKARTA â€" Direktur Lingkar Madani Untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengungkapkan, pertarungan politik di internal Partai Demokrat akan semakin mengemuka. Dimana konflik antara Ketua Dewan Pembina PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum DPP PD Anas Urbaningrum yang selama ini ditutup-tutupi sulit untuk dibendung lagi.
Menurut dia, permainan politik kubu SBY di internal Demokrat makin terlihat di permukaan, terutama jika melihat dari kasus hukum yang ditimpakan pada Anas.
Â
“Sebagai sebuah organisasi kepartaian, terlihat adanya kubu yang sangat menginginkan agar Anas segera dipanggil KPK, dan segera lengser dari ketua umum. Yang melakukan ini adalah orang yang jelas ada di sekeliling SBY, dan tentunya jelas SBY yang berperan. Kira-kira begitu yang saya baca,†ungkap Ray Rangkuti kepada saat dihubungi, Jumat (11/5/2012).
Â
Sebaliknya perlawanan Anas pun akan semakin kencang, salah satunya dengan manuver memunculkan calon presiden dari eksternal Demokrat. Manuver ini kata dia sangat strategis karena sama sekali diluar skenario dan keinginan SBY. Akan tetapi beberapa tokoh dekat SBY langsung menangkalnya dengan mengatakan bahwa Demokrat tak akan buru-buru membahas soal Capres.
Â
“Isu capres eksternal itu dimunculkan dengan tidak melibatkan kubu istana. Makanya muncul nama-nama kandidat demokrat seperti JK, Mahfud MD, Prabowo, bahkan Sri Mulyani. Kemudian mewacanakan konvensi capres demokrat. Jurus ini akan berusaha ditangkal oleh kubu SBY,†terang dia.
Â
Dia mengira Anas tidak akan tinggal diam dan akan memberi perlawanan terus menerus terhadap kubu SBY. Apalagi selama ini, Anas telah menang telak dalam pertarungan politik melawan kubu SBY.
Â
“Dalam tiga pertarungan ini seperti kongres pemilihan ketua umum, kemudian dalam Rapimnas yang gagal melengserkan Anas, serta dalam pembahasan kasus Bail Out Bank Century di DPR kan telak kubu SBY kalah. Artinya Anas juga bukan tidak kuat untuk melawan,†jelas dia.
Â
Sementara itu, peran SBY yang tidak tampak di permukaan, Ray menjelaskan dua alasan, yakni ketakutan SBY terhadap risiko penilaian negatif karena terlalu dominan bermain di Partai Demokrat. Hal ini secara organisasi kepartaian akan dianggap negatif sehingga citra SBY akan rusak. Alasan kedua, terang Ray, SBY tak berani muncul langsung karena jelas bisa memunculkan resistensi di Partai Demokrat.
Â
“SBY bisa mendapat penolakan di internal partai demokrat sendiri jika dia berani langsung tampil berhadapan dengan Anas. Antusias warga Demokrat terhadap SBY bisa hilang, apalagi banyak kalangan Partai Demokrat yang berharap agar SBY jangan terlalu banyak mengurus Demokrat karena dia adalah Presiden. Inilah yang membuat SBY tak berani turun langsung, tapi toh perannya di belakang layar tetap terbaca,†pungkasnya.
(Munir)
Sindikasi news.okezone.com
Benturan SBY vs Anas Semakin Mengemuka