JAKARTA- Menjadi seorang polisi di saat mengawal aksi unjuk rasa bukanlah sebuah hal yang ringan. Apalagi yang dihadapi adalah aksi unjuk rasa anarkis. Mereka pun bisa menjadi korban amuk pendemo.
Dalam beberapa aksi unjuk rasa penolakan kenaikan BBM di Indonesia, sejumlah polisi pun tak luput dari lemparan batu atau bom Molotov pendemo. Lantas bagaimana perasaan seorang anggota polisi dalam menyikapi aksi unjuk rasa yang terkadang anarkis.
Adi, seorang anggota polisi Resor Jakarta Pusat, mengaku, dirinya sebenarnya juga was-was saat menghadapi demo. Namun tuntutan tugas membuatnya harus siap menghadapi situasi apapun.
Pria yang mengaku baru saja menikah itu mengatakan, kekhawatiran justru datang dari orang-orang terdekat. "Istri saya tadi SMS menanyakan gimana kondisi saya dan meminta saya untuk selalu waspada saat bertugas. Maklumlah pengantin baru," ungkap Adi usai mengamankan situasi demo di depan gedung DPR, Jakarta, Jumat (30/3/2012).
Diceritakan Adi, dirinya sudah bertugas selama 8 tahun di kepolisian. Dia mengatakan sudah terbiasa menangani aksi unjuk rasa. "Ya sudah biasa sih menghadapi massa yang sebanyak ini," katanya ketika ditanya soal Demonstrasi di DPR.
Menurutnya, massa di depan gedung DPR ini jauh lebih banyak dibanding dua demo sebelumnya, yakni demo di Gambir, dan Salemba. "Ini masa paling besar, tapi memang tidak terlalu anarkis dibanding yang di Gambir dan Salemba," terangnya.
Adi mengungkapkan, polisi memiliki strategi khusus untuk menangani sebuah aksi unjuk rasa. "Seorang Intel memang ditaruh paling depan. Istilahnya âPolisi di depan Polisiâ. Tapi kita tidak pernah sendirian, karena sebelum ditugaskan sudah dibentuk tim," pungkasnya.
(ugo)
Sindikasi news.okezone.com
'Istri Juga Khawatir Kalau Saya Tugas Mengawal Demo'