TAKALAR - Tak banyak yang bisa dilakukan warga Pulau Tana Keke, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, untuk memperoleh air bersih. Dengan bermodalkan ember dan drum-drum usang, mereka menampung air hujan untuk dikonsumsi sebagai air minum.
Lantas jika musim kemarau tiba dan hujan tidak kunjung turun, warga berbondong-bondong menyeberangi lautan menuju daratan Kabupaten Takalar.
Butuh waktu satu jam untuk menembus tingginya ombak lautan dengan perahu-perahu tradisional yang mereka miliki. Perjuangan belum berakhir, mereka harus membayar Rp5 ribu untuk setiap jeriken air bersih yang mereka ambil.
Pulau yang dihuni sekira 1.000 kepala keluarga itu, sejak beberapa tahun terakhir memang mengalami kesulitan air bersih. Air laut mereka manfaatkan untuk mencuci dan mandi mengingat minimnya sumber air bersih.
"Air bersih, itulah masalah kami sejak beberapa tahun ini," kata salah seorang warga, Daeng Memang, Senin (7/5/2012).
Dia mengaku, berada jauh dari pusat kota dan terpisah dari daratan, membuat warga menghadapi kehidupan yang sulit. "Kami mungkin kurang beruntung, tapi bagaimanapun inilah kampung halaman kami," katanya.
Ironinya, janji-janji pemerintah untuk menyediakan fasilitas air bersih tidak kunjung terwujud. Tapi bagi Daeng, hidup rukun bersama keluarga dan warga di Pulau Tana Keke, merupakan sumber kebahagiaan. "Biar pemerintah tinggal janji, tapi bagi kita hidup rukun yang utama," pungkasnya.
(Bobby Nursanca/Sindo TV/ris)
Sindikasi news.okezone.com
Bertahun-tahun Mereka Mengonsumsi Air Hujan